Jul 14, 2011

Aku Ingin Kamu Selalu Ada (terjemahan dari "I Like for You to be Still", Pablo Neruda, Sonnet XV)

Aku ingin kamu selalu ada; meskipun kamu tak ada,
dan kamu mendengarku dari kejauhan, meskipun suaraku tak mampu menyentuhmu.
Meskipun kedua matamu tak terperikan, namun di bibirmu selalu terkunci sepotong kecupan.

Selayaknya segala yang terisi sukmaku,
kamulah segala, terisi sukmaku.
Kamulah jiwaku, kupukupu dalam mimpiku,
dan kamulah sepenggal Melankolia.

Aku ingin kamu selalu ada, namun seakan kamu menjauh.
Seakan kamu meratap, sedang kupukupu pun mendengkur serupa merpati.
Dan kamu mendengarku dari kejauhan, meskipun suaraku tak mampu mencapaimu:
biarkan aku kekal dalam kebisuanmu.

Dan biarkan aku berbicara padamu lewat kebisuanmu
cerah seperti sinaran, sederhana seperti cincin.
Kamulah malam, dengan kesunyian dan gemintang.
Kebisuanmu adalah bintang yang jauh dan tersembunyi.

Aku ingin kamu selalu ada; meskipun kamu tak ada,
Berjarak dan penuh dukacita seakan kamu telah tiada.
Satu kata, satu senyuman sudahlah cukup.
Dan aku bahagia, bahagia karena semua hanyalah maya.

Jul 4, 2011

Sepotong Surat dari Mimpi


Entah bagaimana awalnya, aku memanggilmu Indrasmara. Indrasmara, satu-satunya nama yang terlintas saat itu, saat aku mulai menciptamu dalam pikiranku. Kala itu kamu seperti rimis, berloncatan tak tentu arah. Aku mencoba menangkapnya perlahan, menyusun kepinganmu satu persatu hingga membentuk sebuah jiwa: kamu, yang kemudian aku namakan Indrasmara. Aku tak tahu mengapa aku memilih Indrasmara, aku tak terlalu pandai memilih dan mereka-reka nama.

Mungkin Indrasmara berasal dari dua kata, Indera dan Asmara. Beberapa kali aku mengatakan pada orang-orang, Indrasmara adalah kelima indera yang sedang dilanda asmara, padahal sesungguhnya aku tak terlalu yakin. Pernah seorang teman memberitahu, Indrasmara berarti perang cinta, tapi siapa yang tahu? Ah, betapa arti Indrasmara hanya bisa diterka-terka, sama sepertimu.

Aku menciptamu dengan cinta yang aku tambahkan di sana-sini, menutupi segala kekurangan yang mungkin dimiliki manusia. Aku bisa membuatmu menjadi sesempurna mungkin, kamu bisa melintas ruang dan waktu. Ah, Indrasmara, bahkan kamu bisa membaca pikiranku, tentu saja! Sesekali kamu memenuhi lembar-lembar buku sketsaku, juga tulisan-tulisan yang hampir semuanya hanya setengah jadi. Sesekali kamu aku ajak bepergian ke tempat-tempat yang jauh; bersepeda mengelilingi taman kota yang masih sepi, berjalan menyusuri pantai, melihat reruntuhan kota tua, dan menikmati malam yang tersisa di kedai kopi kesukaanku.

Kamu hidup, Indrasmara, meski hanya sebatas kata-kata. Kadang aku mencoba menyiasatimu dalam lagu-lagu –lagu apa saja yang aku dengar, yang aku rasa tepat untukmu. Aku juga mencoba membuatmu hidup dalam nada-nada itu, Indrasmara, supaya kamu dapat menari di sela-sela larik yang sendu. Apakah kamu mampu merasa? Aku menciptamu mampu merasa, tapi aku tak tahu apakah kamu benar-benar bisa merasa. Kamu seperti malaikat. Dingin di tanganku, apakah dingin juga di tanganmu?

Setiap malam, ketika aku tidur, kamu melayang-layang di atas sana, bersembunyi di sudut langit-langit kamar, atau mengamati lampu gantung yang temaram. Kamu tidak tidur, kamu selalu terjaga bersama segala kesempurnaan yang ada pada dirimu. Mungkin tanpa sepengetahuanku, kamu sering berjalan-jalan di sekeliling teras, menunggu hingga fajar kembali dan menyambutku yang baru terjaga dari mimpi. Mimpi adalah bagian dari dirimu, Indrasmara. Kamu tercipta dari mimpi-mimpi yang berserakan, tak teratur, sedikit doa, juga angan.

Sekali waktu aku ingin sekali melihat wujudmu, aku ingin melihat dirimu senyata-nyatanya, keluar dari pikiranku. Sekali waktu aku ingin melihatmu ada, meskipun hanya melintas di tengah keramaian, atau menyamar di antara tamu-tamu kedai kopi yang sering aku kunjungi. Aku telah menciptamu dengan begitu sempurna, Indrasmara. Tidakkah sangat menyenangkan bila aku bisa benar-benar bertemu denganmu? Aku ingin kamu tidak hanya sekadar deretan kata yang berjejal dalam buku catatanku.

Adakah kamu dapat merasa, seperti yang selama ini aku risaukan? Jika kamu mampu merasa, Indrasmara, kamu akan tahu betapa cinta dan rindu adalah luka yang setia membakar jantungmu. Kamu bukan lagi sekadar potongan nama, Indrasmara. Kamu bisa siapa saja.

Jelmalah nyata, Indrasmara.



30 Juni 2011
Hadiah ulang tahun yang terlambat