Mar 2, 2012

Rambut



"and there's a past, so horrible. we can't even enjoy our present." -CD


Sore tadi aku memotong rambutku. Pendek sekali. Barangkali ini rambut terpendek yang pernah aku punya sepuluh tahun belakangan.

Sepulang dari kampus tadi, setelah membereskan beberapa tulisan yang harus terlihat sempurna, aku sengaja mampir ke salon terdekat. Rambutku dicuci, lalu disisir hingga sangat halus. Aku memberi isyarat kepada kapster, seorang wanita muda dengan gigi berkawat, seberapa panjang rambutku akan dibuang.

Melalui kaca besar di depan dan di belakang, aku lihat rambut panjangku berjatuhan. Mati, memenuhi lantai keramik putih. Mungkin rambut-rambutku ini akan dibawa ke pabrik rambut palsu, nantinya, untuk dirangkai lagi menjadi sanggul yang menawan. Setidaknya itu yang pernah aku dengar tentang apa yang terjadi dengan berpuluh-puluh kilo rambut ‘buangan’ di salon setiap harinya, aku tak terlalu mengerti.

Maka limapuluh ribu rupiah dan aku dapat merasakan hembusan angin meniup tengkukku.

Namun rasanya seperti kehilangan kenangan.

Sepulangnya, aku berhenti di kedai kopi, bertemu teman-teman kuliah yang nampaknya juga lelah. Mereka bilang rambut pendekku indah.

Dalam pikiranku masih saja membayangkan ke mana perginya rambut-rambut yang telah bertahun kupanjangkan tadi.



Maret 2012