Nov 17, 2012

Interlude


 
Ini hanya sebuah interlude,
tak perlu buang waktu menangisinya.

Meskipun nada-nadanya mungkin mengingatkanmu pada ricik sungai sore itu, yang alirnya tenang namun cukup menghanyutkan kelopak kamboja yang gugur dari pohon di tepian,

dan jeram pada hulu, yang
barangkali menenggelamkan cinta-cinta tak lekang
sementara di barat pendar matari semburat.

Akan ada nyanyian panjang malam nanti
tentang taman-taman asmara dan burung sendratama
lanjutan kisah tadi pagi.
Kasih tak sampai tak dihitung di bagian ini.

Ini memang hanya sebuah interlude yang segera berakhir dengan getir.
Sedih memang, tapi ini hanya sekadar permainan pelepas penat,
entah perlu atau tak perlu diingat.


17 November 2012

Nov 7, 2012

Wijayakusuma

:Arjuna dan Banowati


Apa lagi yang akan kutunggu di pekarangan,
matari hampir tenggelam, sinarnya malu-malu lenyap perlahan
Apa lagi yang akan kau tunggu di pekarangan,
tanah masih basah sisa hujan seharian
“tapi waktu tak pernah sia-sia…” bisikmu.
Mengapa yang tersembunyi selalu indah…

Dan kita menunggu hingga larut malam berlalu
wijayakusuma mekar, wanginya semerbak ke mana-mana.
Sebentar.
Tak ada yang tahu…
pun cinta kita,
pun cinta kita…


6 November 2012

Nov 6, 2012

Sebungkus Rokok di Saku Celana


Aku punya cerita tentang sebungkus rokok di saku celana seorang lelaki
          yang tak habis-habis meski diisapnya setiap hari
          Dan sebungkus rokok itu, sepertinya, dapat berganti rasa.

Bulan-bulan lalu aku amati rokoknya samsu
          lelaki terbatuk-batuk tapi menikmati tiada henti di bawah kepulan asap membubung tinggi
          harap-duka-bahagia
          hingga larut malam akhirnya,
          dan ia pulang dengan sebungkus rokok di saku celana.

Hari-hari lalu aku amati lagi rokoknya telah berganti
          kali ini rokok ringan, daun menthol rupanya
          meski masih dalam bungkus yang sama.
          “Supaya sedikit santai..” jawabnya jenaka.
          Dan tak perlu repot membuka kertas timah emas pembungkus tiap batang rokoknya.

Asap kembali membubung, kali ini di antara kepingan ingatan dan lelaki pun kedinginan

di radio, suara kecapi melengking menjerit
di luar, dedaun bambu bergesekan, menangis
di saku celana, sebungkus rokok masih penuh, utuh.

Barangkali rasanya akan kembali berubah keesokan pagi,
          betapa rasa hanya sementara…

“Jangan sampai terlarut,” pesannya.



November 2012